BERTEMU KERETA KENCANA PUNGGAWA IBU RATU PANTAI SELATAN

Kisah nyata ini, dialami oleh seorang pedagang sayuran asal kota Kerawang, Jawa Barat. Pria berbadan kurus yang akrab dipanggi Encing itu, tak menyangka akan mengalami hal aneh dalam hidupnya. Itu semua terjadi, kala Encing akan pergi berjualan.

Bekerja banting tulang sebagai seorang kuli dan seorang pedagang sayuran, harus aku jalani demi menghidupi istri dan kedua putraku yang kala itu masih kecil-kecil.

Terkadang berat harus aku hadapi semua ini. Waktu istirahatku tersita oleh semua pekerjaannku, tetapi walau pun begitu aku tetap bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikanku seorang isteri yang baik, dan juga telah mengkaruniai kami dua orang putra yang sehat dan tampan, yang begitu kami sayangi.

Udara pagi hari itu terasa menggigit dan berangin, walau pun jaket tebal sudah menempel di badanku, tetapi hawa lembab embun pagi masih terasa menusuk-nusuk disetiap lubang pori-pori kulitku.

Dengan mengendarai sepeda Ontel tua warisan dari ayahku, seperti biasa pagi itu aku pergi ke pasar untuk menjual dagangan sayuran, yang ku ambil dari kebunku.

Jalanan yang becek sisa hujan semalam, memaksaku untuk sedikit berhati-hati mengendarai sepeda. Hari masih gelap, dan jalanan yang aku lewati pun masih sepi oleh hilir mudik kendaraan.

Untuk melepas kepenatanku, sesekali aku bersiul dan bernyanyi lagu dangdut paforitku. Begitu asyiknya aku berdendang, Aku tak sadar bahwa didepanku sudah berada sebuah kereta kencana, yang ditunggangi oleh dua orang pria berbadan tegap dan besar.

Kereta yang diderek 4 ekor Kuda jantan itu, dihiasi sebuah patung berbentuk seekor ular berbahan Emas di kedua sisinya. Aku takjub melihat kereta itu, karena baru kali itu aku melihat sebuah kereta kencana yang bagus dan unik seperti itu.

“Bapak mau pergi kemana?” Tanya salah seorang kasir kereta kencana tersebut.

“Saya mau pergi ke pasar nak.” Jawabku, sambil memegangi sepeda.

Dengan senyuman kecil yang mereka lontarkan kepadaku, mereka pun berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Awalnya aku tak merasakan ada keanehan dari kereta tersebut. Tetapi aku heran kenapa suara langkah kuda itu tak terdengar di telingaku, saat aku menoleh kebelakang, dengan mata terbuka aku melihat kereta itu mengapung di udara.

Aku coba mengucek mataku untuk memastikan apa yang aku lihat saat itu. “Mungkin aku salah liat” Ucapku dalam hati. Setelah jelas ku tatap, memang benar kereta itu melayang, berjalan di atas udara. Pandanganku tak lepas dari kereta kencana tersebut, tapi ketika mataku berkedip, kereta itu pun menghilang ditelan kegelapan malam.

Sungguh tak masuk di akal memang, hingga kini kejadian tersebut masih terngiang di benakku. Kejadian serupa pernah dialami oleh beberap orang tetanggaku. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, kedua pria yang menunggangi kereta kencana tersebut, adalah para punggawa dari sang penguasa pantai selatan, yang sering disebut-sebut bernama Ibu Ratu Kidul.

Konon, siapa saja yang berjumpa dengan para punggawa atau pun dengan sang ratu, akan mendapat keberentungan. Benar atau tidaknya pernyataan tersebut, aku sendiri tak begitu meyakininya. Aku serahkan semua hanya kepada Allah SWT. Wallahualam bisawab

4 Tanggapan to “BERTEMU KERETA KENCANA PUNGGAWA IBU RATU PANTAI SELATAN”

  1. Serahkanlah semuanya hanya pada Allah swt, karena ratu kidul tidak lain adalah Iblis jangan berharap kepadanya.

    • udin kartiko Says:

      memang benar, berserah diri hny pada Alloh saja, tapi maaf, ibu ratu itu bukanlah seperti yg anda katakan, jika belum paham ttg hal ini, tlg gunakan bahasa yg santun, karena bahasa mnunjukkan jati diri seseorg, apakah demikian ajaran di dlm agama sodara ???? saya rasa tak satupun gama yg mngajarkan ttg keburukan termasuk berburuk sangka pada hal” yg anda sendiri belum tahu kebenaran.y…..apakah anda pernah bertemu dengan ibu ratu ? kemudian beliau mencelakakan anda ?????

  2. sumud sby Says:

    Lukisan / Gambar diatas mendapatkannya darimana kok sama dengan yang ada dirumah saudaraku?

  3. mochamad syaifudin Says:

    aq juga pinya lukisan itu …

Tinggalkan Balasan ke udin kartiko Batalkan balasan